JAKARTA. Banderol emas selama sepekan kemarin terus bergerak naik setelah sempat longsor ke posisi US$ 1.511,4 per ons troi pada 13 Juni lalu. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (17/6), harga kontrak emas pengiriman Agustus 2011 berhasil menguat 0,6% ke level US$ 1.539,1 per ons troi. Artinya, sepanjang pekan lalu emas sudah menguat 1,55%.
Juni Sutikno, Dealer Philip Futures, mengungkapkan, harga emas sempat jatuh akibat spekulasi penurunan permintaan. Ini dikaitkan dengan kebijakan pengetatan moneter di China. "Secara teknikal, emas terus menguji level support," katanya, kemarin.
Penguatan indeks dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu akibat masih suramnya penyelesaian krisis Yunani, turut menekan emas. Indeks dollar AS tercatat sempat menyentuh posisi 76,015, tertinggi selama sepekan terakhir. Walhasil, Standard and Poor\'s GSCI Index yang merepresentasikan harga 24 komoditas terkoreksi hingga 4,1% sepekan kemarin.
Herry Setyawan, analis Indosukses Futures, menilai, secara fundamental atau dari sisi penawaran dan permintaan, harga emas saat ini seharusnya tidak setinggi sekarang. Kenaikan harga saat ini lebih karena aksi spekulasi. "Kalaupun turun, itu karena secara fundamental memang turun," imbuhnya.
Hwang II Do, pialang senior KEB Futures Co, menambahkan, penurunan harga komoditas dan penguatan indeks memang membuat emas kehilangan momentum penguatan harga. "Namun, saat seperti ini justru merupakan waktu yang tepat untuk membeli, terlebih krisis utang Yunani belum menunjukkan tanda-tanda berakhir," tandasnya.
Potensi bullish
Secara fundamental, menurut Herry, harga emas berpotensi melaju kembali pada kuartal tiga nanti atau sekitar bulan September. Pemicunya, "Permintaan emas untuk perayaan keagamaan meningkat," katanya.
Hasil survei Bloomberg kemarin mengungkapkan, 15 dari 23 pialang yang menjadi responden memprediksi harga emas bakal melanjutkan penguatannya di pekan ini.
Juni menambahkan, pergerakan harga emas secara teknikal hingga akhir semester satu ini masih dalam tren bullish. Salh satu indikasinya, terdapat divergensi penembusan resistance. "Seperti yang terlihat di tren historis, emas pernah menembus level US$ 1.574 pada Mei lalu. Sedangkan di bulan-bulan sebelumnya pergerakan emas di US$ 1.569 - US$ 1.447 per ons troi," papar Juni.
Dari level resistance, ia juga mencatat ada pergerakan volume transaksi yang sangat signifikan, yakni dari 25.689 transaksi per akhir Mei menjadi 153.260 transaksi pada awal bulan ini. "Itu karena emas masih dianggap memiliki value yang lebih stabil dibandingkan kurs mata uang," kata Juni.
Alhasil, kendati sempat terjadi koreksi harga, Juni memprediksi harga emas masih berpotensi melejit naik menembus US$ 1.550 - US$ 1.560 per ons troi hingga akhir bulan ini. Ditambah sentimen ketidakjelasan penyelesaian utang Yunani, predikat emas sebagai safe haven bakal semakin melambungkan harga logam mulia ini.
Namun, investor perlu mewaspadai beberapa sentimen penekan harga emas ke depan. Yakni, penerapan kebijakan pengetatan moneter. Salah satunya berbentuk pengerekan bunga acuan di negara-negara konsumen emas terbesar dunia. Misal, di India dan China. Setelah China menaikkan giro wajib minimum bank, India menyusul dengan mengerek bunga acuan untuk ke-10 kalinya.
KONTAN.co.id
Senin, 20 Juni 2011 | 08:10 oleh Dyah Ayu Kusumaningtyas
0 comments:
Post a Comment