Keuntungan Gadai Syariah (Rahn)

Setiap orang pasti mempunyai kebutuhan finansial. Selama ini, orang memiliki simpanan berupa emas, yang umumnya disimpan atau dikenakan sebagai perhiasan. Menggadai emas di pegadaian jadi pilihan untuk memperoleh dana. Tapi, selain biayanya mahal, nilai gadainya kecil. Serta hal lain yang memberatkan bahkan merugikan nasabah. Pertanyaannya, apa keuntungannya meng-gadai emas di bank syariah? Apa saja perbedaan yang lebih menguntungkan dari layanan Gadai Syariah?

Layanan Gadai Syariah (Rahn) memang dirancang untuk menjawab kebutuhan seperti itu. Namun, kelebihannya yang utama, adalah landasan syar'i dari Gadai Syariah, yang tentu berbeda dengan layanan gadai konvensional.

Pola gadai dalam Gadai Syariah memisahkan ikrar gadai dengan al-Ijarah (sewa) yang dikenakan. Karena berdasarkan prinsip syariah, yang menumbuhkan prinsip saling percaya antara pihak nasabah dengan bank. Uang hanya diposisikan sebagai pengukur nilai saja. Maka bila gadai konvensional mengenakan ketentuan biaya berdasar nilai pinjaman, layanan Gadai Syariah mendasarkan pada biaya penyimpanan barang.

Gadai Emas Syariah (Rahn) hanya mengenakan biaya gadai sekitar Rp3.200,-an untuk tiap gram lalu dikalikan dengan jumlah gram emas yang digadaikan. Selanjutnya penggadai akan mendapat dana pinjaman senilai 75% sampai 85% harga emasnya. Dengan biaya gadai sebesar itu, tarif Gadai Syariah masih lebih murah dibanding gadai konvensional. Dengan equivalen sekitar 1,21% perbulan atau 14,5% pertahun hingga kisaran 2% menjadi 24% pertahun. Sedangkan di gadai konvensional biayanya mencapai paling rendah 2,5% perbulan atau 34% pertahun. Bahkan equivalen 3 hingga 5% perbulan.

Bilamana tak mampu memenuhi kewajiban hingga batas waktu, kepemilikan atas bisa berpindah ke Pegadaian atau toko-toko emas. Sekalipun pemilik emas menarik emasnya lalu menjualnya, toko emas biasanya mengenakan potongan minimal Rp5.000,- dari setiap gram emas, sebagai keuntungan bagi mereka. Sedangkan di Gadai Syariah, nasabah bisa memperpanjang gadai, dengan memperbaharui perjanjian gadai untuk emas yang sama, dengan tetap mengenakan biaya gadai seperti semula.

Emas memang sangat berharga. Lagi memiliki kestabilan. Kalaupun ada penurunan harga, interval hanya 10%, sementara kenaikannya sampai 20%. Selain itu, frekuensi penurunan lebih jarang dibanding kenaikannya. Apalagi saat krisis. Ketika tingkat inflasi tinggi, terlebih inflasi sampai dua digit. Seperti yang terjadi pada inflasi tahun 1998, ketika kurs US Dollar melesat dari Rp2.500,- ke Rp14.000,-. Saat itu emas melonjak dari Rp25.000,- ke Rp140.000,-. Saat itu krisis global itu, nilai tukar rupiah terhadap Dolar merosot dari Rp9.000 ke Rp12.500, emas melonjak dari Rp280.000 per gram ke Rp380.000. Artinya kenaikan harga emas mencapai Rp100.000,-.

Maka harga emas lebih tinggi dari tingkat inflasi. Makin tinggi tingkat inflasi harga emas makin tinggi. Tapi dalam kondisi normal, saat inflasi 3%, emas naik 12%. Dari Januari sampai Desember 2009, artinya leading 9%.

Di sisi lain, maraknya kembali kepemilikan emas oleh masyarakat merupakan suatu kondisi yang sangat bagus. Mengulang model sejarah ketika puluhan tahun lampau pemerintah Amerika Serikat menarik koin-koin emas dari masyarakat, ditukar dengan dolar. Artinya menukar emas ditukar dengan kertas. Saat ini justru terbalik, kertas-kertas deposito rupiah dicairkan, ditukar dengan emas. Emasnya dipegang masyarakat. Apalagi, berdasarkan data, terjadi perburuan emas yang sangat tinggi antarbangsa-bangsa di dunia. Sehingga persedian emas dunia terus menipis.

Dengan menggadaikannya secara Rahn di perbankan syariah, masyarakat bisa menggunakan dana pinjaman dari bank untuk kepentingan usaha produktif. Tahun 1997-1998, sebelum runtuhnya Pemerintahan Presiden Soeharto, sempat terjadi rush ketika kaum ibu berebut pembelian susu. Saat itu, harga emas melesat dari Rp60.000 pergram ke Rp90.000. Setelah itu naik lagi ke Rp120.000. Maka bisa disimpulkan, makin kacau perekonomian, harga emas makin kuat. Sementara dari sisi perbankan syariah, emas tidak hanya sebagai simpanan. Sebab jika menyimpan dan mendiamkan emas, akan sama nilainya dengan sistem rentenir, pola ekonominya ala Yahudi.